Banyuwangi - Masyarakat adat Osing di Desa Kemiren menggelar ritual Barong Ider Bumi. Tradisi ini digelar pada Kamis (11/4) kemarin. Tradisi ini memang wajib digelar setiap tahun. Biasanya digelar setiap tanggal 2 Syawal. Setiap kali digelar acara ini selalu sukses menyita perhatian masyarakat.
Ritual adat Barong Ider Bumi selalu memeriahkan libur Lebaran di Banyuwangi. Pasalnya, ritual yang diyakini mampu menolak bala ini sangat ditunggu masyarakat secara antusias oleh warga Desa Kemiren dan juga sekitarnya.
Tokoh masyarakat adat Desa Kemiren, Suhaimi menceritakan ritual adat Barong Ider Bumi. Pada saat itu ritual adat ini dipercaya pertama kali muncul sekitar tahun 1840an. Saat itu di Desa Kemiren sedang terserang wabah yang berimbas pada banyak warga yang menjadi korban. Tak jarang warga pun mengalami gagal panen karena tanaman diserang hama.
"Kemudian muncul masa packelik juga dengan waktu yang sangat panjang sehingga sesepuh desa kala itu meminta saran kepada Mbah Buyut Cili yang dipercaya sebagai leluhur Desa Kemiren. Pencerahan itupun datang melalui mimpi. Warga desa diminta melakukan arak-arakan Barong sebagai penolak bala yang dilakukan keliling kampung," ungkap Suhaimi.
Masyarakat Kemiren mempercayai Barong yang digambarkan sosok mahluk bermahkota yang memiliki sayap bisa menjaga desa.
"Ritual adat Barong Ider Bumi diawali dengan para tokoh pelestari Barong mengirim do'a di petilasan Buyut Cili," imbuh Suhaimi.
Tradisi ini dilakukan secara turun temurun kepada anak cucunya dan berlangsung hingga saat ini. Keberadaan Tradisi Barong Ider Bumi sangat unik dan menarik. Tradisi ini sangat menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Banyuwangi.
Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Taufik Rohman mengucapkan syukur Alhamdulillah kita semua dapat berkumpul disini menghadiri ritual Barong Ider Bumi yang termasuk salah satu event Banyuwangi Festival 2024.
"Terimakasih kepada masyarakat yang sudah bergotongroyong mensukseskan event ini. Acara ini sudah terselenggara setiap tahun dan selalu menjadi daya tarik wisatawan luar daerah," kata Taufik.
Saat gamelan dimainkan oleh para pengiring Barong pertanda Barong siap diarak keliling desa dan diikuti masyarakat Desa Kemiren dengan mengenakan pakaian adat sambil diiringi alat musik tradisional yang rancak khas Barong Desa Kemiren.
Arak-arakan dimulai dari Desa Kemiren timur menuju Kemiren Barat dengan jarak tempuhnya sekitar 2 km. Sepanjang jalan, tokoh adat akan melakukan tradisi sembur uthik-uthik yaitu menebarkan uang logam sekitar Rp. 999 koin yang dicampur beras kuning dan beraneka macam bunga di dalam bokor yang menjadi simbol penolak bala.
Dalam penutupan rangkaian ritual tersebut diakhiri dengan selamatan kampung. Prosesi ini memakai tumpeng pecel pitik yang merupakan kuliner tradisional khas Banyuwangi.
Kuliner pecel pitik ini berbahan utama ayam kampung muda. Setelah disembelih, ayam kampung dibersihkan dan dipanggang secara utuh di perapian menggunakan kayu bakar. Dengan bumbu terdiri dari, cabai rawit, terasi, daun jeruk, dan gula. Setelah diracik dan dihaluskan, bumbu dicampur dengan parutan kelapa muda. Penyajiannya cukup menarik karena ayam yang telah dipanggang lantas disuwir menggunakan tangan dan dicampur dengan parutan kelapa muda dan bumbu pecel.