BANYUWANGI - Musim kemarau yang panjang telah mendatangkan tantangan serius bagi pasokan air di wilayah Banyuwangi. Dampaknya sangat mencolok, terutama di beberapa dam yang mendukung distribusi air untuk pertanian. Dalam upaya mengatasi masalah ini, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Banyuwangi telah mengambil langkah drastis dengan menerapkan sistem distribusi bergilir.
Guntur, yang akrab disapa Guntur, menyoroti salah satu situasi yang paling memprihatinkan, yaitu Dam Karangdoro di Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi. Sebulan yang lalu, debit air di Dam Karangdoro mencapai 8 meter kubik. Namun, saat ini, debit airnya turun drastis menjadi hanya 4 meter kubik.
"Jadi, penurunan ini sangat drastis, mencapai 50 persen dalam waktu sebulan," tegas Guntur.
Dengan melihat tren penurunan ini, Guntur memprediksi bahwa dalam bulan depan, debit air di Dam Karangdoro mungkin hanya akan tersisa 2 meter kubik. Harapannya, saat itu hujan akan mulai turun.
Guntur juga mengingatkan bahwa Dam Karangdoro pernah mengalami situasi serupa pada tahun 2013. Pada saat itu, debit air hanya mencapai 1,8 meter kubik menjelang musim hujan, di saat musim kemarau hampir berakhir.
Untuk mengatasi situasi ini, Dinas PU Pengairan harus menerapkan sistem distribusi bergilir untuk menyuplai air ke beberapa kecamatan di sekitarnya, seperti Bangorejo dan Siliragung. Dam Karangdoro sendiri memasok air untuk seperempat lahan pertanian di Banyuwangi.
"Dengan menerapkan sistem bergilir, kami berharap masih bisa mencukupi kebutuhan air di daerah ini," ungkap Guntur.
Situasi penurunan debit air yang signifikan ini menjadi tantangan serius bagi wilayah Banyuwangi, dan Dinas PU Pengairan harus berjuang keras untuk memastikan pasokan air tetap tersedia, terutama bagi lahan pertanian yang sangat bergantung pada keberlanjutan distribusi air.